A Trip To Torosiaje

by prajuritkecil99
Tanggal tua bukanlah penghalang bagi kita untuk tetap beraktivitas pun bersenang-senang. Mungkin seperti itulah kurang lebih salah satu semboyan kami, para Punggawa K-180. Meski isi saku dan dompet sama-sama mepet, namun dengan segala keterbatasan yang masih dimiliki, hari Sabtu dan Ahad di akhir bulan Agustus 2014 kemarin kami tetap bisa melakukan perjalanan yang menyenangkan sekaligus membahagiakan. Semacam mini family gathering sekaligus pelepasan salah satu senior kami, bang Michael Olivier N.S.P. yang akan beralih tugas menuju ke Larantuka.

Torosiaje adalah tujuan perjalanan kami. Sebuah desa di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato yang kini telah menjadi salah satu destinasi wisata Provinsi Gorontalo. Meski tujuan perjalanan telah disepakati namun karena satu dan lain hal terpaksa keberangkatan tidak bisa dilakukan bersamaan. Rombongan pertama yang terdiri dari para pimpinan beserta anggota keluarganya berangkat jam 8 pagi, sementara rombongan kedua yang cuma beranggotakan empat orang yakni saya, Anggit, Hendro dan bang Michael start jam 11 siang.


Wisata Torosiaje
all picts credited to Hendranto "Mas Pudjo" Putro


Perjalanan kami tempuh dengan santai, banyak bercerita dan bercanda. Hingga tak terasa 3½ jam berlalu. Kami pun tiba. Setelah melewati pintu masuk gapura, di area parkir menuju dermaga kami langsung disambut oleh bang Acho, salah satu penyedia jasa sewa perahu katinting yang siap mengantarkan kami menuju kawasan perkampungan suku Bajo, suku yang konon sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu telah tinggal di atas laut, bukan di daratan seperti masyarakat pada umumnya. Kami dibawa ke salah satu warung milik warga yang juga menjabat sebagai kepala desa setempat, pak Jackson Sampou. Di situ kami bertemu dengan rombongan pertama yang sedang asyik makan. Kami pun bergabung. Namun sebelumnya, kami harus berjuang dulu menangkap ikan di keramba yang nantinya akan diolah menjadi menu santap siang, yakni ikan bakar. Beruntung ada bang Michael yang selain ahli memikat burung ternyata juga lumayan mahir dalam menangkap ikan. Dengan dibantu si pemilik warung kami tak perlu menunggu terlalu lama hingga akhirnya sajian dihidangkan dan siap untuk dinikmati. :D

Semula rombongan pertama berencana langsung balik menuju ke Marisa sore hari itu juga. Namun akhirnya mereka tertarik dengan ide kami untuk ikut menyeberang menjelajah salah satu pulau yang berjarak sekira 30 menit perjalanan dari perkampungan warga. Jadilah 12 penumpang plus satu nahkoda perahu katinting yang tak lain adalah bang Acho menyeberang menuju pulau yang kami sendiri tidak tahu dan bahkan tidak sempat menanyakan nama pulau tersebut.


Wisata Pulau Torosiaje


Torosiaje Gorontalo


Beberapa meter perjalanan semuanya masih ceria, bisa bercanda bahkan berfoto narsis. Namun ketika perahu katinting tanpa cadik yang kami tumpangi semakin menuju ke tengah laut, saat terpaan ombak yang menghantam terasa cukup keras dan bahkan air laut masuk ke dalam perahu sehingga membuat sebagian kami kebasahan, beberapa di antara kami termasuk saya mulai takut. Berpegangan erat pada kedua sisi perahu. Meskipun perahu tersebut ada tulisan sponsor BPJS yang dikenal sebagai pengelola asuransi kesehatan terbesar di negeri ini, itu sama sekali tak membuat kami serta-merta tenang dan yakin semuanya akan baik-baik saja. Kamipun hanya bisa pasrah, berserah diri kepadaNya. Tanpa pelampung, tanpa keahlian dan bahkan sama sekali tidak bisa berenang. Yaa, hanya berbekal tawakal kepada Allah, Dzat Yang Maha Berkehendak. Orang Indonesia memang terkenal nekat! :D

Dan kami pun sampai di pulau itu.

Excited! Barangkali itulah yang kami rasakan. Bahkan beberapa meter sebelum benar-benar mendarat pun kami merasa sangat senang. Langsung terlupa dengan perjalanan mendebarkan yang baru saja dilalui. Ketakutan juga rasa lelah yang kami rasakan seolah langsung lunas terbayar dengan keindahan alam yang terpampang di depan mata. Masya Allah. :)


Memang benar pantai di pulau itu bukanlah yang terbaik dan terindah. Tak sedikit sampah kayu dan ranting kering yang berserakan hampir di sepanjang tepi pantai. Namun itu tidak mengurangi keindahan pantai tersebut. Pasirnya yang putih dan lembut seperti tepung sagu, airnya yang jernih dan tampak berwarna hijau tosca, bahkan di beberapa spot banyak dijumpai terumbu karang yang cukup bagus, ditambah view sunset dengan semburat jingga yang menawan, benar-benar nyaris sempurna! Suatu anugerah dan nikmat Tuhan yang tak terkira bagi hambaNya. Maka sungguh disayangkan jika manusia tidak bisa mensyukurinya, bukan hanya tak mau merawat bahkan malah merusaknya.


Pulau Torosiaje


Pantai Torosiaje


Hanya empat orang dari kami yang berkesempatan untuk berenang, merasakan kejernihan dan kehangatan airnya. Lainnya ada yang merasa kecewa karena tidak membawa baju untuk berenang. Yang pasti kami semua sama menyesal mengapa tidak datang lebih awal agar bisa menikmati pantai di pulau itu lebih lama. Yaa, selepas makan dan shalat tadi beberapa rekan masih keasyikan memancing, ditambah sedari awal rombongan pertama memang tidak ada niatan untuk ikut menyeberang dan menginap seperti rombongan kedua, alhasil kami pun tak bisa berlama-lama di pulau tersebut. Waktu jualah yang memaksa kami untuk segera kembali menuju perkampungan warga.

Dan uji nyali pun kembali terjadi. :D

Petang menjelang malam hembusan angin terasa semakin kencang. Hantaman ombak yang keras serta langit dan keadaan sekitar yang kian gelap membuat hampir semua dari kami terdiam. Hening. Mungkin di dalam hati masing-masing sedang malafalkan doa berbalut tawakal kepadaNya. Hanya bro Mimi dan bang Michael yang sesekali masih bisa bercanda. :D

Setelah 2x30 menit yang mendebarkan..

Alhamdulillah! Itulah memang kata yang tepat sebagai bentuk syukur kami setelah berhasil tiba kembali di perkampungan warga dengan selamat. Selepas Maghrib rombongan pertama langsung pulang, kembali ke Marisa. Kecuali bro Mimi yang memutuskan untuk bergabung dengan kami rombongan kedua, menginap di Torosiaje.

Dingin, kantuk dan lelah nyatanya tak mampu mengalahkan semangat kebersamaan kami. Buktinya selepas makan malam dan shalat Isya di penginapan, kami masih asyik kongkow sambil bermain gaple hingga lewat tengah malam. Sampai akhirnya rasa kantuk benar-benar tak tertahan. Saya sendiri baru bisa tidur sekitar jam 3 pagi. Keasyikan ngobrol sama bang Michael. :D

Subuh yang syahdu..

Selepas shalat Subuh kami duduk-duduk di depan kamar, kecuali bang Michael yang masih tertidur pulas. Hendro sudah siap hunting sunrise dengan kameranya. Namun sayang cuaca tidak memungkinkan. Mendung, angin kencang dan akhirnya gerimis yang makin lama makin menderas. Misi mendapatkan momen sunrise di Torosiaje pun gagal. Hehe..

Satu sampai dua jam kemudian meskipun langit masih mendung namun angin tak lagi berhembus kencang, hanya sepoi-sepoi. Saat keadaan sekitar benar-benar terang, secuil surga di negeri khatulistiwa itu pun mewujud nyata. Hadir di depan mata. Tak perlu jauh-jauh pergi ke Bahama jika hanya ingin merasakan terjun langsung ke laut dari pintu atau jendela kamar untuk berenang atau menyelam, karena di Torosiaje pun bisa. Airnya yang hijau tosca, jernih dan tenang, benar-benar menggoda. Andai saya perenang andal, pasti akan langsung terjun bebas dari depan pintu kamar. :D

Selepas sarapan kami pun bersiap untuk kembali ke Marisa. Namun sebelumnya foto bersama dulu dengan pak Jackson dan bang Acho. Buat kenang-kenangan. :D

Meski sebentar, namun perjalanan ke Torosiaje cukup menguatkan kembali rasa kebersamaan di antara kami, para punggawa K-180. Meski hanya selintas pandang, namun kami bisa belajar dari budaya dan kearifan lokal warga suku Bajo tentang pentingnya kita hidup berdampingan dengan alam, menjaga dan melestarikannya hingga nanti tetap dapat dinikmati oleh generasi setelah kita. :)



Trip To Torosiaje


pengin lihat keseruan kami lainnya sewaktu jejalan ke Torosiaje? sila stalking menu gaLeri ^-^

monggo dishare ^-^
 
Copyright © 2014 - prajuritkecil99™ - Powered by Blogger
Template by Creating Website - Published by Mas Template