Aksi Nyata Untuk Perubahan Yang Lebih Baik

by prajuritkecil99
Kejepit itu rasanya nggak enak! Bikin sakit. Sama seperti hari ini yang menjadi hari kerja kejepit karena kemarin libur Idul Adha. Tapi kejepit yang ini masih ada asyiknya dikit. Tempat kerja sepi. Sedari tadi nggak ada tamu yang datang untuk dilayani. Jadi bisa nyantai. :p

Daripada cuma ngobrol nggak karuan atau bengong ngelamun jorok, mending sambil sruput kopi coba bikin postingan lagi. Ngelanjutin postingan sebelumnya – More Things To Do.

Jadi ceritanya kan ekonomi di negeri tercinta kita saat ini lagi woles. Rupiah juga impoten. Naah, bagi orang yang berpenghasilan tetap seperti saya dan kerjanya cuma menjadi kacung, mau tidak mau harus berfikir bagaimana caranya agar daya beli untuk memenuhi kebutuhan pokok menjadi lebih baik dan simpanan yang dimiliki yang jumlahnya cuma segitu-gitunya tidak semakin tergerus nilainya. Apalagi ada keinginan dari lubuk hati yang paling dalam untuk berpindah kwadran. Menjadi entrepreneur.

Meski saat ini jalan untuk menuju ke sana masih panjang dan berliku, tapi setidaknya sudah harus ada aksi nyata demi mewujudkannya. Meski mungkin masih dalam lingkup yang kecil. Yang penting nyata, bukan hoax!


Aksi Nyata
ilustrasi beraksi
sumber gambar dari pmtips.net


Misalnya untuk berwirausaha. Mulai dari sekarang sudah harus dicari konsep usaha yang jelas. Penginnya nanti mau bikin usaha apa. Terutama bagi yang sudah berumah tangga. Perlu sinergi yang baik dengan pasangannya. Mungkin bagi sebagian orang hal ini bukan menjadi masalah. Tapi kenyataannya justru hal ini menjadi salah satu kendala yang banyak dihadapi oleh calon entrepreneur. Jangan sampai si suami penginnya bisnis ini tapi si istri maunya bisnis itu. Jadi musti saling dukung. Musti ada kesepakatan dulu untuk menentukan satu jenis usaha. Makanya ini perlu dikomunikasikan. Untuk menjalin chemistry. Supaya nggak ada ganjalan di hati. Agar sama-sama merasa nyaman. Mirip pasangan yang lagi ML gitu. *eh, koq sampai ke situ sih? :p

Kemudian yang tak kalah penting adalah jalin silaturrahim untuk dapat mengembangkan networking. Itulah mengapa kita sebagai mahluk sosial dan beragama dianjurkan untuk menjalin silaturrahim. Karena manfaatnya beneran kece badai! Bukankah berteman itu lebih menyenangkan ketimbang saling bermusuhan?!

Aksi nyata selanjutnya, kita praktekkan untuk mengkonversi aset yang berdenominasi rupiah ke dalam bentuk riil. Tabungan di bank itu secukupnya saja, untuk kebutuhan rutin dan cadangan darurat. Sisanya lebih baik dibelikan emas. Mau emas batangan, koin dinar atau emas perhiasan untuk dipakai istri juga boleh. Yang penting wujudnya emas. Masing-masing plus minusnya apa di antara ketiga wujud emas itu bisa dibaca di postingan ini – Emas Batangan, Koin Dinar dan Emas Perhiasan: Mana Yang Paling Menguntungkan?

Kalau pengin tetap berupa tabungan tapi berbasis emas saat ini juga sudah ada. Tabungan Emas Pegadaian atau Tabungan Emas M-Dinar. Likuiditasnya sama dengan tabungan di bank.

Atau pengin nabung tapi sekaligus beternak? Ada Nabung Domba. Sekalian bisa dijadikan simpanan hewan kurban yang nantinya bisa kita pakai untuk berkurban pada setiap hari raya Idul Adha.

Dengan melakukan semua itu – mengkonversi aset berdenominasi rupiah ke aset riil, secara tidak langsung kita juga berinvestasi. Koq bisa? Yaa karena asetnya riil. Bukan sekedar awang-awang. Emas misalnya, sudah terbukti sebagai alat lindung aset yang tahan terhadap inflasi. Begitupun dengan domba atau kambing yang kita miliki melalui konsep Nabung Domba. Pasti akan memberikan nilai tambah untuk kita berupa bagi hasil bulanan sebagaimana hal tersebut berlaku juga pada Tabungan Emas M-Dinar. Jadi keuntungan kita dobel. Pertama, dapat bagi hasil sehingga nominalnya bertambah. Kedua, niliai intrinsik dan daya belinya tidak menurun seperti yang terjadi pada aset berdenominasi rupiah.

Alhamdulillah saya sudah membuktikannya. Meski baru newbie. Sebagai contoh dulu yang investasi Nabung Domba. Dari nominal 2 juta yang menjadi tabungan saya, dalam setahun bisa bertambah menjadi 2,35 jutaan. Memang sih bagi sebagian orang 350 ribu itu nominal yang kecil. Tapi coba simpan uang di bank sebesar 2 juta trus biarin selama setahun uang itu nggak diapa-apain. Dijamin setelah setahun berlalu itu simpanan bukannya nambah tapi malah terus berkurang karena potongan ini-itu setiap bulan. Jadi terserah bro sis mau pilih yang mana. Mau tabungannya nambah 'hanya' 350 ribu atau mau tabungannya minus sekian rupiah?! :D

Naah, dari hasil investasi inilah nantinya bisa kita jadikan tambahan modal untuk mewujudkan niatan kita berwirausaha. Sekaligus untuk stabilitas dalam menghidupi keluarga di awal-awal kita merintis usaha yang belum tentu berjalan lancar.

Mengenai INVESTASI itu sendiri, ada artikel (masih) dari Muhaimin Iqbal yang cukup unik dan menarik. Mengapa saya bilang unik? Karena beliau menggambarkan struktur investasi itu dengan model bawang merah. Benar kiranya bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu itu tidak dengan (maksud) sia-sia. Bagi yang beragama Islam, tentu setuju bahwa bukan kebetulan semata bawang merah ini termasuk jenis bumbu-bumbuan yang namanya disebutkan dalam Al-Qur'an. Bahkan ilmuwan pun mengakui jika pada bawang merah bukan hanya intinya yang bermanfaat, sampai kulit luarnya pun mengandung senyawa felonik yang berkhasiat sebagai obat. Dan ternyata oleh seorang Muhaimin Iqbal bawang merah ini bisa dijadikan model untuk menjadi pelajaran dalam berinvestasi.


Model Investasi Bawang Merah
ilustrasi struktur investasi model bawang merah
sumber gambar dari geraidinar


Lapisan paling luar adalah investasi yang semata mengejar keuntungan. Ini paling rentan terhadap risiko. Kalau keuntungan nggak tercapai tidak menutup kemungkinan bisa menimbulkan frustasi, emosi yang tak terkendali, stroke, dlsb. Dan sebagaimana kulit bawang yang paling luar dan paling tipis, paling cepat kering dan rusak, maka investasi yang semata mengejar keuntungan ini porsinya paling tipis atau paling sedikit dari dana investasi kita.

Lapisan kulit bawang yang kedua sedikit lebih tebal dari yang pertama. Dalam dunia investasi ini berupa social business. Tetap mengejar untung tapi juga memberikan manfaat sosial. Semisal yang bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang yang membutuhkan. Tetap ada risikonya. Tapi setidaknya meskipun misalnya rugi secara materi tapi roda ekonomi masih bisa berputar dengan adanya lapangan kerja yang tercipta.

Pada lapisan selanjutnya ada investasi yang sifatnya aman. Dalam artian tidak akan merugi karena niatnya memang untuk beramal. Porsi investasi ini seharusnya lebih besar daripada porsi yang pertama dan kedua.

Lebih dalam lagi di lapisan berikutnya adalah investasi untuk keluarga dan saudara. Lebih tidak akan merugi lagi karena uang yang kita nafkahkan untuk keluarga pasti dinilaiNya sebagai sedekah dan bisa mempererat tali silaturrahim dengan saudara. Keluarga dan saudara kita akan mendoakan kebiakan untuk diri kita. Insya Allah merekalah yang akan pertama kali menolong kita pada saat kita sedang mengalami kesusahan atau tertimpa musibah.

Lanjut ke lapisan terdalam yang sekaligus menjadi inti adalah investasi kita yang sesungguhnya. Investasi untuk kehidupan selanjutnya. Investasi akhirat yakni berupa amal kebajikan dan ibadah kepada Tuhan. Investasi inilah yang seharusnya paling dominan dan mendapat porsi paling banyak ketimbang yang lainnya.

Lihatlah, betapa dari bawang merah pun kita bisa beroleh ilmu pelajaran. Ketika lapisan bawang merah itu dianalogikan dengan investasi, seharusnya pola investasi kita terstruktur seperti itu. Dipilah mulai dari yang paling berisiko yakni yang bersifat duniawi semata hingga yang paling aman yakni investasi untuk bekal di akhirat.

So.. selamat beraksi! ^-^
monggo dishare ^-^
 
Copyright © 2014 - prajuritkecil99™ - Powered by Blogger
Template by Creating Website - Published by Mas Template